Rumus? Kata
yang sudah tidak asing didengar telinga, mata juga tidak jarang melihat.
Apalagi bagi kalangan yang pernah mengenyam pendidikan formal, minimal SD
sederajat, istilah rumus tentu tak asing ketimbang kosakata bahasa asing yang
juga diajarkan di sekolah . coba kita ingat-ingat lagi, Saat kita masih duduk
di bangku SD, tentu istilah rumus teramat mudah ditemui. Apalagi saat pelajaran
Matematika dan Fisika, istilah “rumus’” semakin dekat layaknya teman sebangku.
Lantas, apa
yang kita tangkap saat menemui kata “ rumus” ini? Mungkin sebagian dari kita
akan mengatakan “ rumus itu sederet ringkas
lambang angka/huruf yang mendasar dan pokok” , atau “ kata-kata dasar yang
dijadikan patokan”. Sedang dalam KBBI Online (lihat : http://kbbi.web.id/rumus)
kata Rumus berarti “ suatu simpulan pernyataan secara singkat dan tepat serta
menjadi dasar, patokan, hukum dan sebagainya. Dalam ilmu fisika, kimia dan
matematika rumus dilambangkan dengan huruf, angka atau tanda. Mungkin, yang
terakhir yang kerap kita tangkap dari istilah rumus.
Dari
pengertian di atas, tentu kami tidak akan mengulas lebih panjang tentang
“rumus” yang berkaitan dengan pelajaran matematika, kimia dkk. Bagaimana
seandainya kita tarik lebih ke dalam hidup sehari-hari? Nah, sebelum
benar-benar kita tarik, mari kita sepakati bahwa arti rumus yang kita sepakati
adalah “ sebuah deretan kata ringkas, rasional,mendasar, pedoman—yang
didasarkan dari pemaknaan hidup— untuk memberikan solusi dalam perjalanan
hidup. Saat masalah muncul di depan
mata, cara mengahadapinya pun berbeda. Senada dengan rumus—yang
dipakai—berbeda. Kami sering mendengar istilah “ rumus kehidupan” dari sekitar,
sebagai jawaban atas masalah yang tengah dirundung. Mungkin sahabat pembaca
juga pernah mendengar. Begitu bukan?
Bicara soal
masalah. Yang satu ini memang tidak pandang bulu. Yang berkulit putih, sawo
matang, hitam, tua-muda, individu-kelompok, semua sama bagi si masalah. Tanpa
terkecuali, termasuk santri. Saat masalah muncul, santri juga memilik rumus-rumus
untuk menghadapi. Dari beberapa rumus yang ada, setelah dicermati ada beberapa rumus ala santri yang terkesan
unik( hal ini tidak dipandang dari sisi tepat-tidaknya untuk menghadapi masalah
yang ada, Namun karena asing di luar kalangan santri. Agak banyol memang). Apa saja? Berikut, Empat
Rumus Unik Ala Santri:
ü Sedikit Atau Banyak= Habis
Urusan perut merupakan hal yang tidak dapat kita pisahkan dari
kehidupan. Bagi kebanyakan orang, makan sudah menjadi kebutuhan pokok (primer).
Sulit kita temui orang yang mengaku bahwa sudah tidak butuh makan. Meskipun ada,
barang tentu tergolong keajaiban dunia.
Bicara soal makan, tentu dekat kaitannya dengan apa yang dimakan dan
seberapa banyak yang dijadikan ukuran. Menu makanan dan ukuran tentu beraneka
macam. Jenis (rasa) makanan yang
dibutuhkan, jadi urusan selera. Sedangkan kenyang, adalah ukuran yang jadi
pilihan bagi kebanyakan orang, terlebih bagi yang tak berkecukupan. Meskipun ada
ungkapan “soal rasa, lidah tidak bisa bohong” namun kami rasa, ungkapan ”apapun
rasanya, yang penting kenyang” lebih pas untuk urusan makan. Dan perut.
Begitu pula santri. Ada khas berbeda tentang dua diatas. Terkait masalah
menu makanan, sebelumnya telah dijelaskan dipostingan sebelumnya(baca
selengkapnya : lima Menu Istimewa Ala Santri). Nah, masalah ukuran “
Sedikit atau banyak= Habis” menjadi
rumusnya. Tak perlu perbandingan jumlah ukuran—sedikit atau banyaknya—makanan(nasi,
lauk dan cita-rasanya) dan jumlah yang memakan. Meskipun hasilnya di pegaruhi
jumlah makanan dan jumlah ‘pemakan’, semua sama. Endingnya harus “habis”,
tak bersisa.
Tak jarang, saat mendapat kiriman nasi, berkat, porsi makan
untuk 5 orang harus rela dikroyok penghuni sekamar, meskipun berjumlah 5,6,7,10 bahkan 15 orang. Tentu saat keadaan
begini, untuk ‘menghabisi’ makanan sangat mudah. Rumusnya kan “Sedikit atau
banyak= Habis”. Meskipun makanan yang dapat sampai di perut kadang hanya
mengganjal. Semua harus serba bersama, sama-sama makan, sama-sama dapat. Toh,
meski hanya ‘mengganjal’, setelah meneguk air minum dengan muka berseri mereka
pada berkata “ Alhamdulillaah”. Barokah.
Tapi juga tak jarang, porsi makanan lebih banyak ketimbang santri yang
siap menyantap. Biasanya terjadi saat momen semisal Buk Kobbuk, Atanak
Bareng, Mayoran(istilah sebagian santri Jawa Timur untuk rutinitas memasak
bersama, lalu dimakan secara bersama-sama. biasanya momentum seperti dilakukan
saat malam, setelah kegiatan pesantren selesai). Saking banyaknya makanan, susah juga untuk
dihabiskan. Bagaimana tak susah, lawong porsi 30 orang hanya di
geromboli 10-15 orang . Kalau waktu tak larut malam, mencari santri yang lain
untuk membantu untuk menghabiskan terbilang mudah. Namun kalau tidak ada yang
bisa untuk memberi bantuan ‘turut makan’. Apa boleh buat, bagaimanapun caranya
makanan harus tetap habis. Saat teman-temannya mulai berkeringat, salah satu
dari mereka memberi semangat “selain bisa menahan lapar, santri itu juga
harus sabar menghadapi kenyang. Ini ujian” . “ini harus habis sekarang
juga, kalau menunggu besok kuatir basi. mubadzir kalau tak dimakan” tambah yang lain sambil ngos-ngosan.
ü Waktu+Kosong= Pulas
Kegiatan pesantren salah satu lembaga pendidikan yang padat kegiatan. Mulai
dari sekolah, ngaji, salat jamaah, setoran hafalan, makan, mandi sudah
terjadwal. Dan harus dilakukan secara rutin dan istiqomah. Gerak jarum
jam juga tak mau berhenti mengalah dengan kegiatan. Saking padatnya kadang
waktu tidurpun juga terbatasi. Apalagi saat-saat santai bersama penghuni kamar,
obrolan tak sedikit memakan jatah tidur.
Untuk memenuhi kebutuhan tidurnya, saat ada waktu kosong (tidak ada kegiatan) kang
santri tidak akan menyia-nyiakan waktu. Walaupun sebentar, 2 menit sekalipun,
sudah merupakan waktu yang berharga sejenak untuk tidur. Sehingga tidak jarang saat
hari jum’at atau hari libur, tidur menjadi pilihan yang paling diminati para
santri. “ waktu kosong juga berharga. Mari tidur itu juga hal yang tak murah
di sini. Itung-itung buat persiapan kegiatan nanti” kata salah satu santri
yang sudah dalam posisi leyeh-leyeh, lalu lelap dan hilang.
ü Semua Tempat = Tempat Tidur
Rumus ini sebenarnya hampir sama di rumus sebelumnya. Namun yang ini,
lebih pada tempatnya. Bagi kalangan santri, tempat bukan menjadi ukuran. Entah itu
di kamar(tanpa kasur empuk) di emperan musala, bahkan didalam musala sekalipun,
kalau sudah ngantuk, mata terlelap juga. Pulas lagi. Apalagi kalau waktunya
juga pas (seperti di rumus sebelumnya), temapat semisal bangku kelas saat
kehadiran ustadz, lokasi kamar mandi saat antre bersuci untuk sholat subuh,
yang penting kepala menemukan tempat untuk menyandar—kadang dengkul juga
berposisi sebgai bantalnya—matapun juga pulas.
Bukan karena isinya agak banyol dan tak biasa sebagaimana
rumus-rumus sebelumnya. Justru keunikannya berasal dari susunan katanya. Kalau kita
salah mengartikan susunan katanya, pemahamannya juga salah.
Rumus ini berasal dari bahasa madura. Bagaimana terjemahnya? Sebenarnya
penulis juga merasa ragu untuk menerjemahkan, meskipun sedikit banyak penulis
faham dengan bahasa madura. Baik, rumus “Ngakan Pe Tobuk, Tedung Pe Tobuk,
Sinau Pe Korang”, lebih dahulu penulis akan mencoba menerjemah berdasarkan
terjemah perkata. Terjemahnya begini: ngakan: makan, pe :kata
perintah dalam bahasa madura, tobuk:puas atau bosan, tedung:tidur,
sinau: belajar, korang:kurang. Kira-kira kalau dirangkai menjadi “
makan dipuasin, tidur dipuasin, belajar kurangin”. Masih multi tafsir memnag
untuk memahami ini. Pemahaman pertama, makan dan tidur sebanyak-banyaknya sampai
puas, dan belajar sedikit-sedikit. Pemahaman kedua—dan ini yang lebih penulis
pilih sebagai pemahaman yang lebih pas dan relevan—yaitu sedikit makan dan
tidur karena sudah bosan, dan belajar secara terus menerus, karena terus merasa
kurang.mana yang lebih benar? Wallohu a’lam.
Dan dari
sekian rumus ini mungkin sahabat lebih faham mana yang baik, mana yang tidak. Harapan
penulis sahabat pembaca memilih dan memilah, ada sebagian yang bermanfaat. Amiin
Demikian rumus-rumus
unik yang penulis temui. Tidak menutup kemungkinan ada rumus-rumus unik lain di pesantren yang bisa ditemui. Atau
bahkan, tidak secara keseluruhan isi tulisan ini benar. Karena itu, laa
Tansa komentar dan saran sangat kami
harapkan.
[1] Didapat dari KH. Yahya
Syabrowi, Pendiri Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Ganjaran Gondanglegi Malang
Tag :
Ala Santri
4 Komentar untuk "Empat Rumus Unik Ala Santri"
Wow Hebat yaa? Santri Hebay Ya :v
Wow Hebat yaa? Santri Hebay Ya :v
Hebat dan hebay
Herreh jeh. pot-telopot